Pengendalian Gangguan Lalat Rumah Pada Peternakan Ayam

Lalat yang tidak menggigit yang ditemukan pada peternakan ayam sanggup menimbulkan persoalan kesehatan dan sanitasi pada pengelola peternakan dan penduduk di sekitarnya. Peternakan ayam skala besar akan menghasilkan kotoran dan limbah dalam jumlah yang besar sehingga sanggup mengakibatkan timbulnya anyir dan mendukung perkembangbiakan lalat. Jenis lalat tidak menggigit yang biasanya ditemukan pada peternakan ayam, mencakup lalat rumah (spesies Musca domestica), lalat rumah kecil (spesies Fannia canicularis), lalat pantai (spesies Fannia Femoralis), lalat "kamar kecil" (spesies Fannia scalaris), lalat sangkar palsu (spesies Muscina stabulans), beberapa spesies lalat tiup (famili Calliphoridae), dan lalat daging (Sarcophagidae).


Lalat mengeluarkan telur (beberapa spesies Sarcophagidae menyimpan larva) di dalam kotoran ayam, pakan yang tumpah dan lembab, atau di dalam karkas ayam mati. Pada cuaca panas, lalat rumah sanggup melengkapi siklusnya selama 8 hari, tetapi pada cuaca hirau taacuh membutuhkan lebih dari 6 minggu.

Beberapa hebat melaporkan bahwa lalat memiliki peranan sebagai vektor beberapa penyakit pada unggas sehubungan dengan adanya acara lalat untuk mengkonsumsi kotoran/cairan badan dan makanan/pakan yang diregurgitasi (dimuntahkan) oleh unggas.

Penyakit yang sanggup ditularkan oleh lalat yaitu Newcastle disease (ND), fowl cholera, tuberkulosis avian, dan botulisme. Lalat rumah dan larvanya sanggup bertindak sebagai hospes mediator cacing pita Choanotaenia infundibulum pada ayam dan kalkun. Lalat rumah dan lalat tiup sanggup membawa telur Heterakis gallinarum yang mungkin mengandung protozoa Histomonas meleagridis sebagai penyebab histomoniasis. Lalat tiup hitam (spesies Phormia regina) sanggup meletakkan telurnya pada luka ayam, kalkun, belibis dan kerapkali larva yang berkembang sanggup merusak jaringan unggas tersebut.

Pengendalian lalat pada peternakan ayam merupakan persoalan yang sulit, khususnya pada peternakan ayam petelur yang dipelihara di dalam sangkar baterai. Pengendalian lalat hendaklah didasarkan pada administrasi hama terpadu (integrated pest management), pengendalian secaa biologik memakai benalu dan predator, dan pengendalian secara kimiawi memakai insektisida.

Pendekatan administrasi hama terpadu dibutuhkan sanggup membantu untuk menekan populasi lalat hingga pada tingkat yang tidak menimbulkan persoalan tertentu. Kotoran ayam harus dijaga semoga tingkat kelembabannya <60 %. Udara yang bertiup di atas kotoran ayam harus cukup semoga kotoran tersebut tetap kering. Demikian juga, letak bangunan, sistem perkandangan, kanal air, pencucian kotoran, sanitasi/desinfeksi sangkar harus dirancang secara baik untuk mencegah perkembangbiakan lalat.

Pengendalian lalat secara biologik memakai predator belum umum dipakai di Indonesia. Predator yang dipakai untuk menekan populasi lalat, contohnya tungau, kumbang, dan kelompok Histeridae lainnya.
Penggunaan insektisida untuk mengendalikan lalat hanya akan berhasil jikalau didukung oleh tindakan sanitasi yang ketat. Insektisida yang dipakai harus berasal dari jenis yang diijinkan untuk peternakan ayam. Insektisida sanggup diberikan dengan beberapa cara, yaitu penyemprotan kabut buatan (fog) pada ruangan atau lokasi tertentu, penyemprotan pada permukaan yang meninggalkan residu insektisida, tunjangan umpan lalat, dan penggunaan larvisida.

Pemberian larvisida untuk mengendalikan larva lalat di dalam kotoran ayam sanggup dilakukan dalam bentuk cair, kering, atau dicampur dengan pakan ayam. Penggunaan larvisida sebaiknya hanya membunuh larva lalat saja dan tidak membunuh semua predator atau benalu lain di dalam kotoran ayam sehingga akan mengganggu keseimbangan antara larva lalat dan predator atau parasit.

Lalat kerapkali menjadi resistan terhadap suatu jenis insektisida tertentu sesudah dipakai selama beberapa periode. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu mengadakan rotasi terhadap penggunaan insektisida. Pengendalian lalat biasanya lebih efektif jikalau dilakukan penanggulangan secara terpadu, mencakup kombinasi penggunaan umpan lalat, penyemprotan permukaan yang meninggalkan residu insektisida atau larvisida dan didukung oleh tindakan administrasi yang optimal, khususnya santasi yang ketat.

Sumber : Google
Back To Top