Mengenal Ayam Pelung Dan Sejarahnya

Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal Indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yaitu rata-rata berbobot tubuh besar dan yang jantan mempunyai bunyi merdu dan panjang.

Ciri-Ciri Ayam Pelung

  • Badan : Besar, bobot jauh lebih besar dari ayam kampung.
  • Cakar : Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning, atau putih.
  • Pial : Besar, tebal, dan tegak, berwarna merah dan berbentuk tunggal (jengger betina tidak sebagus jengger jantan).
  • Warna Bulu : Tidak mempunyai teladan warna khas, tetapi umumnya adonan warna merah dan hitam.
  • Suara : Jantang kokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding jantan jenis lain.

Produksi Telur Dan Daya Tetas Ayam Pelung

Ayam pelung pertama bertelur dikala berumur enam atau tujuh bulan. Suatu penelitian menyebutkan bahwa ayam pelung bisa bertelur hingga 106 butir/tahun. Namun, di peternak biasa ayam pelung hanya bisa bertelur sebanyak 40-60  butir pertahun. Nilai produksi telur ayam pelung pertahun lebih rendah kalau dibandingkan ayam jenis lain menyerupai ayam ras (259 butir), ayam kampung (151 butir), kedu hitam (215 butir), kedu putih (197 butir) dan nunukan (182 butir).

Pertumbuhan Ayam Pelung

Ayam pelung tubuhnya lebih besar dibanding ayam jenis lain. Hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian perihal pertumbuhan ayam dari mulai menetas hingga dewasa. Bobot ayam pelung dikala gres menetas lebih besar dibandingkan dengan ayam bangkok maupun ayam kampung. Dan bobot ayam pelung jantan lebih besar dibandingkan betinanya. Pertambahan bobot tubuh ayam pelung juga lebih besar dibandingkan ayam bangkok dan ayam kampung. Laju pertambahan bobot ayam pelung awalnya lambat, kemudian meningkat, dan jadinya mencapai pertambahan maksimal pada ahad ke-13. Sedang pada ayam bangkok terjadi di ahad ke-13 untuk jantan dan ahad ke-12 untuk betina, dan pada ayam kampung terjadi di ahad ke-8 untuk betina dan ahad ke-12 untuk jantan.

Rata-rata pertambahan bobot perminggu ayam pelung lebih besar dibandingkan ayam bangkok dan ayam kampung. Nilai pertambahan ayam pelung, ayam bangkok, dan ayam kampung yakni 64.8 gram, 60.9 gram, 57.7 gram untuk jantan dan 52.7 gram, 47.8 gram, 50.3 gram untuk betina. Rata-rata dari nilai (jantang dan betina) tersebut yakni 58,7 gram untuk ayam pelung, 54.4 gram untuk ayam bangkok, dan 50.3 gram untuk ayam kampung.

Sejarah Ayam Pelung

Hingga kini asal seruan ayam pelung yang niscaya belum terungkap. Yang diketahui gres sebatas pada legenda yang diceritakan secara turun temurun, dan berarti tidak sanggup dibuktikan secara ilmiah. Cerita perihal asal seruan ayam pelung diperoleh dari keterangan Bapak Karta dan Bapak H. Bustomi almarhum yang menjelaskan bahwa ayam pelung ini telah dipelihara dan dikembangkan semenjak tahun 1850 oleh Bapak Acih alias R.H. Djarkasih, penduduk Desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Konon H Djarkasih memperoleh ayam pelung melalui mimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan Eyang Suryakancana yang merupa putra sulung Bupati Cianjur I, yaitu Wiratanudatar I. Eyang Suryakancana menyuruh Mama Acih mengambil seeokor ayam jantan besar, tinggi dan berbulu jarang (trondol). Keesokkan harinya, dikala sedang mencangkul di kebunnya, ia menemukan seekor anak ayam jantang yang sama dengan yang ada dalam mimpinya. Kemudian anak ayam tersebut dipelihara dengan baik dan ternyata tumbuh pesat. Ketika berumur setahun lebih, kokoknya mengalun panjang, berirama, yummy didengar. Banyak orang kagum dengan kemerduan bunyi ayam itu. Untuk memperoleh keturunannya ayam itu dikawinkan dengan ayam kampung pilihan. Keturunannya inilah yang disebarkan ke banyak sekali desa dan kampung.

Versi lain diceritakan oleh Nambeng seorang warga warung kondang, Cianjur. Menurut beliau, sekitar tahun 1940 seseorang yang berjulukan H. Kosim melihat seekor ayam betina yang sedang mengasuh anak-anaknya. Dari sekian banyak anak-anaknya, tampak beberapa ekor berbeda dari yang lain. Badannya lebih besar, tinggi, dan bulunya jarang terutama pada anak yang jantan. Anak ayam yang asing itu kemudian dipelihara dengan baik dan ternyata sehabis remaja mempunyai bunyi yang merdu. Nama ayam pelung berasal berasal dari bahasa Sunda malewung atau melung yang artinya melengkung. Memang, dalam berkokok ayam pelung mengakhiri bunyi merdunya dengan melengkungkan lehernya yang panjang. Kadang lengkungan lehernya bisa mencapai tanah.

Jika ditelusuri, sebetulnya asal seruan ayam pelung tidak berbeda jauh dengan ayam piaraan lainnya. Pada dasarnya ayam terdiri dari empat bangsa pokok, yaitu
  • Gallus bankiva (Gallus gallus), ayam hutan berwarna merah yang tersebar di kawasan India Timur.
  • Gallus sonneratti, ayam hutan berwarna kelabu yang tersebar di India Selatan dan Barat.
  • Gallus lavayetti, ayam hutan yang hanya terdapat di Sri Lanka.
  • Gallus varius, ayam hutan yang tersebar luas di Jawa dan Nusa Tenggara.
Nenek moyang ayam piaraan, termasuk ayam pelung yakni ayam hutan merah (Gallus gallus). Teori ini banyak dipercaya sebab jenis ayam hutan ini gampang dikawinkan dengan ayam piara yang ada sekarang. Selain itu, keturunan generasi pertama dari perkawinan di atas bersifat subur. Sedangkan ketiga jenis lainnya selain susah dikawinkan dengan ayam piara yang kini ada juga keturunannya bersifat mandul. Teori lain menyampaikan bahwa nenek moyang ayam piara, termasuk ayam pelung berasal dari persilangan banyak sekali ayam hutan. Hal ini dikemukakan dengan alasan bahwa penampilan ayam piara kini ini sangat beragam.

Terlepas dari kedua teori, adanya proses alamiah sebab perpisahan dan penyebaran empat bangsa ayam tersebut, dan adanya perkawinan antar jenis dan efek lingkungan yang berbeda, maka terbentuklah ayam jenis baru. Ayam pelung yakni jenis ayam yang timbul akhir pemuliaan oleh manusia. Pemuliaan ini semula hanya untuk mendapat jenis-jenis ayam baru. Tetapi, selanjutnya berkembang untuk tujuan komersil. Akibat pemuliaan itu, penampilan ayam pelung sanggup dikatakan seragam, sehingga bisa disebut sebagai suatu strain. Berbeda dengan ayam kampung (buras) yang mempunyai penampilan sangat beragam. Dan ini terbukti dari suatu penelitian yang mengambarkan bahwa gen ayam kampung lebih bervariasi dibanding ayam pelung.

Sumber : Fletcher 1973
Back To Top