Produksi Telur Ayam

Semua ayam bertelur untuk melanjutkan kelangsungan hidup populasinya, alasannya yaitu di dalam telur itulah terdapat "calon anak" untuk kelangsungan hidup populasinya. Untuk membesarkan calon anak itu, induk memperlihatkan bekal makanan yang terbungkus rapi di sekitar embrio itu berkembang dan inilah yang dikenal dengan TELUR.

Makara telur ini bekerjsama cadangan makanan untuk embrio ayam atau calon anak ayam. Cadangan makanan ini tentunya berkualitas tinggi, alasannya yaitu akan dipergunakan untuk berbagi calon makhluk hidup yang akan menjadi anak ayam. Dipihak lain telur sanggup menjadi busuk alasannya yaitu ulah mikroba yang ikut "makan" cadangan makanan yang semula disediakan untuk calon anak ayam itu, atau telur hilang dimakan musang.

Selain musang, keinginan insan untuk makan telur juga tidak pernah susut. Bila di zaman purba telur diambil dari dalam hutan begitu saja, maka tahap demi tahap ayam dipelihara untuk diambil telurnya atau dipotong untuk disantap dagingnya. Bahkan sampai kini sistem pemeliharaan ayam itu semakin dikembangkan.

Produksi Telur Ayam Di Indonesia

Pada mulanya tidak ada cara khusus untuk memproduksikan telur ayam. Orang-orang zaman dahulu hanya memelihara ayam yang bersahabat dengan insan yaitu ayam-ayam hutan yang dijinakkan, dipelihara dan diberi makan. Telur yang dihasilkan pun tidak banyak. Dari sejumlah telur yang tidak banyak itu ada yang diambil untuk dimakan dan ada yang ditetaskan sendiri oleh sang induk. Mereka memang berusaha untuk tetap ada ayam di dalam lingkung hidupnya. Dari sinilah cikal bakal produksi peternakan, walaupun yang dilakukan orang dikala itu hanya sekedar memelihara dengan sederhana yang dikenal dengan sistem pemeliharaan swalayan dimana campur tangan pemiliknya sangat terbatas, yang terpenting ayam tetap hidup dan sanggup bertelur. Suatu cara yang ternyata terus bertahan sampai sekarang.

Produksi Telur, Peternakan Dan Bisnis Telur

Telur merupakan bakal anak ayam yang dierami selama 21 hari. Selama masa tersebut 2 hari sesudah menetas anak ayam itu memperoleh makanan dari dalam telur dan sisa kuning telur di dalam perutnya. Cadangan makanan yang ada di dalam telur tersebut diambil oleh sang induk dari makanan yang dimakan, sehingga apabila kurang akan menghipnotis produksi telur. Makara terperinci bahwa makanan yang dimakan, baik itu kuantitas dan kualitasnya akan menghipnotis produksi telur. Bila untuk hidupnya saja tidak cukup, tentu untuk produksi telur tidak akan memperoleh pasokan nutrisi dan kesannya produksi merosot atau terhenti.
Jumlah makanan yang masuk ke dalam badan ayam untuk membentuk telur ini berkaitan dengan jumlah atau kuantitas makanan yang diberikan. Jumlah makanan yang diberikan akan cukup bila diubahsuaikan dengan standar konsumsi yang seharusnya dan bagaimana memperlihatkan makanan itu. Jumlah yang cukup belum menjamin produksi telur akan bagus, kita harus melihat kualitas makanan yang dimakan oleh ayam itu. Dalam hal ini yaitu kandungan nutrisi yang ada di dalam makanan itu. Kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan hiduo ayam mendukung produksi telur yang banyak tergantung pada materi makanan yang digunakan untuk membentuk makanan ayam tersebut. Makanan yang baik yaitu makanan yang terdiri dari adonan materi makanan nabati dan hewani yang disusun menjadi makanan ayam dengan metode penyusunan yang handal.

Produksi telur yang sesuai dengan cita-cita tidak hanya tergantung pada makanan yang cukup dan berkualitas baik, perlakuan pemelihara dan suasana lingkungan juga turut mendukung. Setelah telur ada dan menumpuk di gudang, mau diapakan telur-telur ini ? Sudah tentu untuk dijual ke pasar biar hasil produksi peternakan itu membuahkan uang yang sanggup digunakan untuk menutup biaya produksi, bahkan jikalau mungkin keuntungan. Sebelum dijual harus ada proses sortir, kemasan dan tinjauan pasar. Langkah terakhir yang memilih apakah perjuangan produksi telur melalui peternakan yang dijalankan itu berkesinambungan atau malah gulung tikar, yaitu bagaimana mengelola perjuangan produksi telur ini. Masalah yang dibahas yaitu mulai dari bagaimana merencanakan produksi telur, pengelolaan sumber daya, pengertian dasar biaya, pengertian wacana pasar, efisiensi dan penilaian usaha.

Sebenarnya aspek teknis peternakan saling mengisi dan saling tergantung dengan aspek administrasi dan ekonomi peternakan. Telur yang banyak tidak berkhasiat bila tidak sanggup dijual atau tidak laris di pasar akhir blokir pada grosir misalnya. Jalur tata niaga yang baik, jalinan korelasi dengan pengecer yang bersahabat dan tindakan pemasaran telur yang efisien tidak akan berkhasiat bila tidak ada telur yang sanggup dijual alasannya yaitu produksi telur merosot akhir ayam di beberapa kelompok sangkar terjangkit penyakit tetelo atau tercekam akhir kualitas makanan yang jelek.

Referensi : Aziz M.A 1988, Rasyaf 1990
Tag : Telur Ayam
Back To Top