Mengenal Bangsa Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan ayam orisinil yang sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan tropis Indonesia. Masyarakat pedesaan memeliharanya sebagai sumber pangan keluarga akan telur, daging, dan sebagai tabungan yang sewaktu-waktu sanggup diuangkan.


Permintaan daging ayam kampung oleh masyarakat pedesaan yang berpendapatan tinggi, sedang, dan rendah pernah mencapai 2,36; 1,54; dan 0,84 kg/kapita/tahun, sementara masyarakat perkotaan hanya mencapai 0,98; 0,73; dan 0,44 kg/kapita/tahun untuk masing-masing yang berpendapatan tinggi, sedang, dan rendah.


Daging dan telur ayam kampung bagi masyarakat merupakan panganan pemanis atau sanggup merupakan panganan khusus, contohnya telur digunakan untuk adonan jamu tradisional dan daging ayam panggang atau ayam goreng bumbu kelapa sangat diminati konsumen berpenghasilan menengah dan berpenghasilan tinggi, serta sering digunakan pada program khusus. Harga persatuan untuk telur maupun daging, relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan dengan harga persatuan produk ayam ras impor. Harga ayam afkir (tua) relatif lebih tinggi dibandingkan ayam afkir ayam ras impor.

Produksi telur rata-rata ayam kampung umumnya, mencapai 20 % (73 butir pertahun perekor) pada pemeliharaan semi intensif dan sekitar 30 % (110 butir pertahun perekor) pada pemeliharaan intensif. Bobot rata-rata pada umur 3 bulan ayam kampung pada pemeliharaan intensif mencapai 0,80 kg/ekor jantan dan 0,70 kg/ekor betina. Selain dijual hidup, juga sanggup dijual karkas dan bagian karkas (paha, dada, sayap, ceker, kepala, hati, rempela, usus, jantung) yang memiliki nilai harga jual tersendiri.

Pada umumnya DOC (day old chick atau anak ayam yang gres tetas) kampung sulit diperoleh. Namun dengan adanya sifat mengeram, yang berfungsi sebagai inkubator, peternak masih sanggup memperoleh DOC dalam jumlah sedikit. Lebih jauh lagi perlu diketahui, bahwa untuk kondisi pemeliharaan sederhana, ayam kampung lebih tahan dibandingkan dengan ayam ras impor.
Tag : Jenis-Ayam
Back To Top