Mengenal Banyak Sekali Macam Ayam Buras Indonesia

Mengenal Berbagai Macam Ayam Buras Ayam Buras atau ayam kampung ada juga yang menyebut ayam lokal atau ayam sayur. Di beberapa tempat sumbangan nama ayam buras selain menurut asal tempat ayam juga menurut pada besar dan bentuknya. Beberapa jenis ayam buras di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain :

Ayam Kedu

Jenis ayam ini berasal dari tempat Kedu, kabupaten Temanggung Jawa Tengah, yang terdiri dari dua macam yaitu ayam kedu hitam dan kedu putih. Ayam Kedu hitam memiliki warna bulu hitam dengan balung tunggal berwarna hampir hitam atau merah, warna kaki hitam. Ayam Kedu putih bentuknya sama dengan White Leghorn, kaki dan bulu pitih, balung tunggal berwarna merah. Ayam kedu cukup potensial sebagai jenis petelur yang baik.

Ayam Pelung


Jenis ayam ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Ayam Pelung sudah dikembangkan sebagai hobi semenjak tahun 1930. Ayam ini berukuran besar dengan kaki yang sangat panjang, warna bulu beraneka ragam pada umumnya abu-abu hingga hitam. Pelung jantan sangat digemari oleh masyarakat alasannya yakni sanggup berkokok dengan mengeluarkan bunyi yang tinggi dan panjang. Ayam pelung sanggup diarahkan sebagai jenis pedaging.

Ayam Nunukan

Jenis ayam ini berasal dari Tarakan, Kalimantan Timur. Ukurannya kecil dengan kaki yang pendek, pertumbuhan bulu lebat dan berwarna coklat merah, paruh, kulit dan kaki berwarna kuning dan memiliki balung (jengger) tunggal. Walau tubuhnya relatip kecil tapi merupakan jaenis ayam petelur yang baik.

Ayam Buras Biasa

Jenis ayam ini biasa di sebut ayam kampung atau ayam sayur yang memiliki betuk dan ciri-ciri adonan dari jenis kedu, pelung atau nunukan. Ayam buras memiliki peranan sebagai penghasil daging dan telur.

Selain ayam-ayam lokal yang memiliki potensi produksi daging dan telur di beberapa tempat banyak dipelihara ayam lokal lain yang menyerupai ayam cemani, Walik, sentul, bekisar, merawang dan lain-lainnya. Tingkat pertumbuhan ayam buras relatif lambat dan ini besar lengan berkuasa konkret terhadap produksi telurnya. Produksi telur  ayam buras masih sangat rendah, dibandingkan dengan ayam ras, namun daya tetas ayam buras tinggi mengatakan fertilitas bukanlah merupakan persoalan. Pengeraman secara alamiah nampaknya lebih efisien dan bukan merupakan faktor pembatas terhadap produksi.

Produksi telur ayam buras pada kondisi pedesaan yakni induk yang tidak mengerami telurnya, yakni sekitar 132 butir per ekor per tahun; induk mengeram dan sehabis menetaskan anak dipisahkan dari induknya, berproduksi telur sekitar 115 butir per ekor per tahun dan induk ayam yang mengeram dan mengasuh anaknya hingga lepas sapih, produksi telurnya hanya 52 butir per ekor per tahun dengan berat telur berkisar 45 gram. Sedangkan produksi telur ayam ras sanggup mencapai 200-300 butir per tahun.

Sumber : Armanudin 2009, Budiman Hadi 1995, Djatnika DH & Endang Sugiharti 1996
Back To Top